Sejumlah pengamat mengaku China gencar membeli perlengkapan senjata dari Rusia. China juga mengembangkan pesawat tempur dan misil serta membangun militer berteknologi tinggi. Bahkan, China tengah mempertimbangkan membangun kapal induk yang bisa mengangkut pesawat tempur.
Sebaliknya, militer Taiwan justru kerap terjerat sistem yang sudah tua. Persenjataan pun tidak secanggih China karena tak ada yang mau menjual senjata ke Taiwan—kecuali AS—karena takut terhadap China. Bahkan, Taiwan juga mulai mengurangi jumlah personel pasukan.
Untuk menekan ketegangan kedua pihak, Presiden Taiwan Ma Ying-jeou menggalakkan sektor perdagangan dan pariwisata. Langkah Ma ini berbeda dibandingkan dengan pendahulunya, mantan Presiden Chen Shui-bian, yang membuat China marah karena mendukung kemerdekaan bagi Taiwan.
Pakar militer Asia di Akademi Studi Internasional S Rajaratnam di Singapura, Richard Bitzinger, memperkirakan akan ada resolusi atas kedaulatan Taiwan tanpa perlu serangan militer dari China mengingat superioritas militer China dan ketergantungan ekonomi Taiwan pada China. Belum lagi makin kencangnya isolasi diplomatik atas Taiwan. ”Kemungkinan, nantinya Taiwan harus menerima tawaran reunifikasi,” kata Bitzinger.
Meski akhir-akhir ini China melunak, China tak akan membiarkan Taiwan berdiri sendiri. ”Kami menentang perjuangan kemerdekaan Taiwan, menjaga kedaulatan dan integritas China,” kata Menteri Pertahanan China Liang Guanglie, Juli lalu.
Taiwan memperkirakan China memiliki 1.000-1.500 misil (peluru kendali) yang diarahkan ke Taiwan. China juga diduga tetap memperluas kekuatan senjatanya. ”Melihat kekuatan militer China, banyak orang yang ragu Taiwan akan bisa menang perang jika mengandalkan kekuatannya sendiri,” kata Sekretaris Jenderal partai berkuasa Taiwan, Partai Nasionalis (Kuomintang/KMT), Wu Den-yih.
Kelompok peneliti kebijakan di AS, RAND Corp, memperkirakan misil balistik jarak pendek China bisa dengan mudah menghancurkan kekuatan udara Taiwan dengan menyerang landasan pesawat terbang di setiap markas militer Taiwan.
Kondisi Angkatan Laut Taiwan justru lebih parah karena Taiwan hanya memiliki empat kapal selam, dua di antaranya dibuat pada zaman Perang Dunia II. Padahal China mempunyai lebih dari 50 kapal selam. Beberapa di antaranya diduga telah dipersenjatai dengan misil balistik dengan hulu ledak nuklir.
Jika terjadi serangan dari China, AS wajib melindungi Taiwan. Hanya saja pertanyaannya kini adalah seberapa cepat AS bisa datang dan menyelamatkan Taiwan? Apakah AS juga mempunyai keberanian melawan China? Pasalnya, China bisa dengan sangat mudah menyerang markas AS di Jepang dengan misil jarak jauhnya. (Kompas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar