Pondok Pesantren Al Mukmin, Ngruki, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, membenarkan ada alumnusnya bernama Nur Said, yang disebut-sebut sebagai pengebom di Hotel JW Marriott, Jakarta, Jumat (17/7).
"Berdasarkan data ponpes ini, terdapat alumnus yang bernama Nur Said, berasal dari (Kabupaten) Temanggung (Jawa Tengah)," kata Direktur Ponpes Al Mukmin, Wahyuddin di Sukoharjo, Selasa (21/7).
Menurutnya, Nur Said merupakan santri yang masuk pada 1988 dan lulus pada 1994. "Selain itu, dalam daftar tersebut tertulis orangtua Nur Said bernama Muhammad Nasir dan Tuminem," katanya.
Pada pemberitaan sebelumnya, pondok pesantren tersebut sempat membantah ada alumnus bernama Nur Hasbi alias Nur Said alias Nur Sahid.
Ia beralasan, pihaknya belum menemukan nama tersebut pada data ponpes ketika membantah tuduhan mengenai Nur Said merupakan alumnus ponpes ini.
"Meskipun kami akhirnya mengakui, saya berharap semua pihak jangan terlalu dini menyimpulkan bahwa Nur Said adalah pelaku peledakan tersebut sebelum hasil penyelidikan kepolisian diumumkan," katanya.
Jika dugaan mengenai pelaku peledakan itu benar, lanjutnya, hal tersebut sudah bukan tanggung jawab dari ponpes ini.
"Selain mata pelajaran seperti yang ada di sekolah-sekolah umum lainnya, hal khusus yang diajarkan di sekolah ini adalah mengenai Al Quran dan Al Hadis," katanya.
Dia mengatakan, tidak ada materi kekerasan ataupun jihad dalam arti sempit yang diajarkan di dalam ponpes ini.
"Saya mengecam keras tuduhan bahwa ponpes ini adalah sarang teroris," katanya.
Mengenai terdapat beberapa alumni ponpes ini yang menjadi pelaku peledakan, dia mengatakan, keputusan tersebut bukan berasal dari apa yang diajarkan oleh Ponpes Ngruki.
"Pengaruh dari luar, seperti yang berasal kelompok-kelompok tertentu yang berhaluan garis keras, sangat memungkinkan mengubah nilai-nilai Islam yang telah kami tanamkan pada santri-santri kami," katanya.
Dia mengatakan, pihaknya telah mengantisipasi hal tersebut kepada seluruh santri dengan memberikan materi pembelajaran yang berasal dari Al Quran mengenai Islam yang cinta damai.
"Kami sangat kecewa dan prihatin mengenai adanya kasus peledakan bom yang melibatkan alumni ponpes ini," katanya.
Akan tetapi, lanjut Wahyuddin, pihaknya tidak bisa berbuat banyak karena keterlibatan alumni mereka dalam bebrapa kasus peledakan sudah menjadi pilihan alumni-alumni tersebut.
(Gatra)
Rabu, Juli 22, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar