Jakarta – Sejuta masalah tiba-tiba menyeruak, tatkala sebuah harian nasional menyuguhkan data-data keburukan situs jaringan sosial di internet. Padahal pada kenyataannya, sangat sulit kita mengelak dari kehadiran situs jaringan sosial tersebut. Maka sebagian orang tetap mempertahankannya, mengingat keuntungan yang diraih. Tetapi sebagian lainnya mulai melirik ke situs lain yang lebih interaktif.
Ari (bukan nama sebenarnya) pernah berkisah, dirinya merasa bersalah terhadap kantor tempat ia biasa bekerja. Bukan lantaran masalah berat, tetapi ia “hanya” merasa melakukan korupsi waktu karena menggunakan Facebook terlalu lama.
Seorang teman yang lain justru sering ngedumel akhir-akhir ini. Pasalnya, ia terpaksa putus hubungan dengan kekasihnya. Masalahnya sepele. Situs jaringan sosial yang dipakainya, Facebook, terlalu mengarah pada sifat negatif dirinya. Kontan saja pacarnya yang juga merupakan bagian dari situs tersebut, terheran-heran baru mengetahui berbagai hal tentang kekasihnya melalui jaringan tersebut. Maka ia mengambil keputusan pisah hubungan dulu dengan sang pacar.
Memang, banyak sisi negatif pengguna Facebook tiba-tiba menyeruak. Menyerang para pemakai situs jaringan sosial yang menggejala saat ini. Padahal kala pertama kali mereka memutuskan turut bergabung, tak terpikir sama sekali akan ada bumerang seperti itu.
“Saya memakai Facebook sebagai cara untuk memperluas pergaulan,” ujar Fatmawati, seorang pegawai di bilangan Sudirman, Jakarta, ketika ditanyai alasannya bergabung dengan Facebook, belum lama ini.
Keinginan untuk memperluas wawasan menjadi salah satu alasan utama bergabungnya orang-orang di sana. Ada pula alasan simpel seperti sedang tren dan takut ketinggalan jaman.
Hanya sayangnya kemudian banyak yang terlena asyik berada di dalam lingkaran dunia maya tersebut. Bisa berjam-jam seseorang mengutak-atik halaman-halaman Facebook untuk memenuhi rasa ingin tahunya, hingga kemudian banyak pekerjaan lain terbengkalai.
Namun berbeda dengan yang seorang kawan bernama Merry Magdalena yang justru merasa banyak keuntungan yang diraih melalui jaringan tersebut. “Justru berkat fesbuk (Facebook-red), gw makin byk dpt tawaran proyek2 kerja sama, deal2 dsb,” urai Merry, melalui surat elektronik kepada SH.
Ujung-ujungnya, sebuah buku mengenai jaring sosial internet akan diproduksi Merry dalam waktu dekat ini. “Intinya: teknologi cuma alat buat kita manfaatin, bukan kita yg diperbudak dia,” tambahnya.
Sisi positif yang dirasakan Merry, mungkin juga dirasakan oleh banyak pihak. Seperti yang diungkapkan Budi Rahardjo. Pria yang dikenal sebagai ahli teknologi informasi (TI) ini pernah bilang kalau berbagai jaringan sosial yang ada saat ini sebenarnya menguntungkan, bila kita mampu memanfaatkannya.
Blog, misalnya, sekarang banyak dilirik untuk beragam tujuan. Mulai dari untuk pemasaran, pendukung kegiatan mengajar, melatih menulis, hingga aktualisasi diri. Kunci menjadikan hal tersebut positif tak terlalu sulit, seperti menghargai privasi dan jangan terlalu menyebarkan informasi yang bersifat pribadi.
Selain itu, jangan terlalu menggantungkan diri pada sistem proteksi yang ada. “Perlunya pembuatan akun tambahan dan disclaimer juga penting untuk para penggiat Facebook dan blogger, untuk membedakan antara pendapatnya sebagai pribadi dan tidak mewakili suara perusahaan,” jelas Budi, memberikan resep pada diskusi di sebuah kantor media cetak di Indonesia.
Onno W Purbo, seorang pengamat dunia maya memberikan resep yang lebih manjur bila sebuah jaringan sosial mulai terasa mengganggu. “Kalau ada yang mau ganggu langsung saya delete/reject. Fasilitas itu banyak di Facebook...,” imbuh Onno, melalui surat elektronik juga.
Kabar Terbaru
Terlepas dari sisi positif dan negatifnya, kehadiran berbagai jaringan sosial dunia maya tak akan bisa dielakkan. Setelah era Facebook yang digilai masyarakat Indonesia saat ini, terdengar kabar akan muncul Twitter sebagai pilihan baru. Sebenarnya Twitter tak banyak berbeda dengan Facebook. Hanya saja Twitter lebih menekankan fungsinya pada update status pemilik account. Dengan info status terbaru tersebut, segala kabar tentang si pemilik account bisa diketahui. Seperti kondisi seseorang yang sedang berlibur di Italia, cerita tentang binatang peliharaannya, atau situasi cuaca di belahan bumi lain.
Seorang pemakai Twitter baru-baru ini memberikan kabar tentang penyanderaan di kapal laut. Yang lebih hebat lagi, Twitter mampu menjadi penolong. Seperti kasus hilangnya sepeda milik pembalap terkenal Lance Amstrong, yang disebarkan oleh para para pemakai Twitter. Sehari kemudian, sepeda Amstrong ditemukan dengan keadaan utuh, setelah seorang pemakai Twitter mengidentifikasi sepeda yang ciri-cirinya mirip uraian Amstrong.
Mark Zuckerberg yang menggagas Facebook, kini menempati posisi sebagai orang terhormat dalam dunia bisnis. Padahal saat menemukan situs tersebut, usianya baru 23 tahun. Kini Zurkerberg diasumsikan memiliki kekayaan US$ 1,5 miliar, yang kira-kira sama dengan harta milik pembawa acara terkenal, Oprah Winfrey.
Begitu pula penggagas Twitter, Biz Stone, Evan Williams dan Jack Dorsey, dikabarkan akan menjadi jutawan baru. Konon kabarnya, situs pencari terkenal, Google, berniat membeli Twitter seharga US$ 250 juta.
Di Indonesia sendiri tampaknya belum akan ada yang seperti itu, meskipun Indonesia dikenal sebagai pencipta hacker terpintar di dunia. Sayangnya, kepintaran orang Indonesia dipakai untuk hal negatif. Termasuk kebiasaan browsing di internet, sebagian besar untuk melihat situs porno.
Jadi jelas, kemajuan teknologi tidak seharusnya dipandang sebagai pemicu keburukan. Perlu trik-trik khusus untuk meraih keuntungan dari jaringan sosial tersebut.
(Sulung Prasetyo-Sinar Harapan)
Hore pertamax,Kebetulan gw bkn pecinta Facebook tp Twister ada mit si tp msh dalam tahap pemikiran wkwkwkwkkwk
BalasHapuskwkwwkwk tapi gwa juga bukan pecinta ..
BalasHapus